Havighurst,

Wahai Ayah.. Wahai Ibu.. Jangan Biarkan Remajamu Berjalan Sendiri untuk Mengenali Lawan Jenisnya

11.45 Ena Nurjanah 0 Comments





Salah satu tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Havighurst adalah mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Dalam  tahap perkembangan psikososialnya remaja mulai muncul  tertarik  dengan lawan jenis dan muncul keinginan untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan lawan jenis.

Memasuki masa remaja pun menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku. Perubahan menjadi remaja bukanlah persoalan mudah, karena banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri remaja.

Secara hormonal terjadi percepatan pertumbuhan yang luar biasa dibanding masa manapun dalam siklus kehidupan manusia. Perubahan secara hormonal tersebut membuat remaja secara fisik dan emosional mengalami perubahan yang cukup drastis yang kadang kala tidak disadari oleh remaja itu sendiri. Hal tersebut pun membuat para remaja sering merasa kebingungan dengan dirinya sendiri.


Secara emosional juga turut berpengaruh, remaja menjadi sangat moody, mudah berubah dengan cepat. Perilaku ini seringkali menyusahkan orang lain bahkan dirinya sendiri karena menjadi pribadi yang terlihat labil.

Kemampuan perkembangan kognitifnya yang mulai berkembang kadang juga membuat remaja merasa mampu membuat keputusan sendiri, padahal cara berpikirnya masih sering didominasi oleh lonjakan emosi, sehingga sering berpikir pendek ketimbang berpikir panjang untuk mempertimbangkan berbagai hal.

Begitu kompleksnya perkembangan dan pertumbuhan masa remaja membuat remaja seringkali menghadapi masalah. Seringkali orang dewasa melihat masalah remaja ini murni sebagai kenakalan remaja dan jarang ada yang mau melihat lebih jauh ke dalam diri remaja itu sendiri.

Pada saat ini banyak sekali kita temukan kasus remaja yang terjebak dalam kehidupan seks bebas. Memang banyak sekali faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satu penyebab perilaku seks bebas tersebut bisa berasal dari diri remaja itu sendiri dan juga bisa berasal dari luar diri mereka.

Pengaruh luar yang terbesar adalah arus informasi yang gencar dari berbagai belahan dunia yang kemudian menyulitkan para remaja untuk bisa memilah mana yang baik bagi mereka dan mana yang tidak. Selain itu pengaruh lingkungan yang buruk baik dari masyarakat ataupun teman sepergaulannya juga berpengaruh. Belum lagi tontonan yang dijadikan contoh anutan bagi remaja karena dorongan untuk jadi polpuler yang ada dalam diri remaja membuatnya sangat memudah mengikuti segala sesuatu yang terlihat sedang trendy.



Lalu, bagaimana dengan kondisi internal remaja?
Dari pendekatan psikologi sudah jelas bahwa remaja memang sedang menghadapi masalah dalam dirinya sendiri yang sedang tumbuh dan berkembang. Belum lagi apabila ia memiliki keterlambatan atau mengalami terlalu cepat dalam melewati tahap perkembangannya. Hal tersebut bisa menjadi masalah tersendiri bagi remaja, karena mereka merasa diri mereka berbeda dari teman-teman sebayanya.

Sebelum kita beranjak untuk melihat salah satu fenomena persoalan remaja dalam menghadapi fase ketertarikan dengan lawan jenis, ada yang perlu diperhatikan oleh para orangtua. 
Orangtua perlu menyadari, bahwa sangat jarang ditemukan remaja yang mampu mengatasi semua permasalahan yang dialami dalam dirinya tanpa dukungan pihak luar, dukungan orang-orang terdekat, terutama ayah dan ibunya.
Seharusnya para orangtua menyadari bahwa tuntunan belajar tidak hanya mereka berikan ketika anak-anak mereka masih bayi dan balita, yang dengan telaten mereka ajarkan cara makan, minum, berbicara, duduk, berdiri, berjalan, naik sepeda, dan lain-lain.

Seorang remaja  juga perlu tuntunan agar mereka bisa tumbuh dan berkembang secara sehat dan diperhatikan kondisi well-being mereka. Remaja sangat membutuhkan arahan dari orangtua mereka, terutama dalam tahapan bagaimana mereka harus bisa berhubungan baik dengan teman-teman sebayanya, termasuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan lawan jenis mereka. Dalam kehidupannya, remaja sering kebingungan dengan berbagai persoalan yang mereka temui dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis. Mereka sering tidak menemukan jawabannya.
Remaja perlu dibantu, bagaimana mereka bisa membangun hubungan yang positif. 
Para orang tua seringkali mengabaikan kebutuhan remaja untuk duduk berdiskusi tentang perasaan mereka, tentang permasalahan yang dihadapi, hal-hal yang sedang dirasakan dan yang sedang dialami remaja, dan lain sebagainya. Para orang tua seringkali merasa sudah cukup bertanggung jawab terhadap remaja. Mereka merasa sudah cukup bertanggung jawab hanya dengan memberikan fasilitas materi yang memadai, uang jajan yang memadai, kebutuhan gadget yang terpenuhi, rumah mewah, atau fasilitas rekreasi kemanapun termasuk ke luar negeri. 

Apakah itu cukup? Secara materi mungkin sudah cukup. Tapi faktanya masih ada kebutuhan lain bagi para remaja seperti kebutuhan untuk dicintai, diterima apa adanya, kebutuhan untuk didengarkan, kebutuhan untuk diskusi, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih dari sekedar kebutuhan materi.

Kalau kita mau jujur, kita bisa buktikan bahwa ternyata banyak sekali remaja yang bermasalah padahal mereka sudah dicukupi dengan segala kebutuhan materi. Jadi.... materi saja tidak akan pernah bisa mendewasakan anak-anak remaja kita.

Ketiadaan perhatian orang tua, komunikasi yang buruk dengan orang tua, bisa membuat remaja tidak pernah menjadikan orangtua sebagai sumber informasi dan jarang dari mereka yang mau menjadikan orangtua sebagai tempat mereka bertanya dan mengadukan permasalahannya. Akhirnya yang sering remaja lakukan adalah mencari tahu jawabannya dari teman-teman sebaya, atau mereka mencoba mencari jawabannya melalui internet yang informasinya belum tentu dapat mereka saring dengan benar. Tidak ada yang menjamin kebenaran jawaban yang mereka peroleh dari pranala luar tersebut.

* * *

Oleh Karena Itu...?

Proses mendewasakan si remaja memang membutuhkan kemauan dari para orang tua, apakah orang tua mau  untuk membekali dirinya dengan ilmu dan kepahaman agar menjadi orang tua dambaan remaja. Mereka perlu belajar atau paling tidak tahu bagaimana kondisi dan perkembangan psikologis remaja mereka, dengan segala tahapan perkembangan yang dialaminya. Orang tua harus bisa memberikan teladan dan memberi nasehat moral serta spiritual yang sangat dibutuhkan oleh remaja dengan cara yang tepat, sesuai dengan jiwa remaja yang sedang beranjak dewasa.

* * *

Untuk Renungan...
(berdasarkan kisah nyata, ketika saya melakukan pendampingan terhadap korban)

Ada kisah nyata yang menarik untuk jadi renungan kita bersama mengenai dua orang remaja putri yang gagal membangun hubungan yang sehat dengan lawan jenisnya. 

Di sebuah kota, pada waktu yang hampir bersamaan, ada dua remaja putri yang membuang bayi hasil hubungannya dengan pacarnya. Perlu dicatat  bahwa para remaja putri ini bukan remaja yang bodoh. Mereka sebenarnya adalah remaja-remaja yang cerdas. Mereka pintar secara akademis. Mereka juga bersekolah di sekolah dengan standar yang bagus pula.  

Namun ada yang kurang dalam diri mereka. Ada kekosongan figur dan kurangnya arahan dari keluarga mereka. Sebut saja A. A sangat mudah untuk dekat dengan laki-laki yang mencoba mendekatinya. A yang cantik namun kurang mendapat penghargaan dari kakak laki-lakinya. A ingin mendapatkan kasih sayang dari teman laki-lakinya sampai bersedia melakukan hubungan badan yang seharusnya hanya dilakukan oleh mereka yang sudah menikah. 

A berani melakukan hal tersebut dengan beberapa laki-laki yang memang A sukai. Salah satu alasan yang A katakan adalah bahwa A melakukan perbuatan tersebut sebagai bentuk pemberontakan pada keluarganya terutama pada  kakak laki-lakinya yang sangat keras memperlakukan dirinya. A sering dipukul jika ketahuan melakukan kesalahan ataupun membantah perkataan kakaknya. Ada keinginan dalam diri A untuk berbuat semaunya dengan berperilaku seks bebas agar kakaknya tahu bahwa dirinya bisa berbuat apapun sekehendak dirinya tanpa bisa dihambat oleh kakaknya. Sementara kedua orangtua A tidak ada yang berani menentang sikap kakak laki-lakinya yang selalu kasar. Jadi dorongan ketertarikan terhadap lawan jenis, ketidakmampuan memilih teman sepergaulan yang baik, ditambah dengan kondisi di rumah yang tidak kondusif. telah membuat A tidak bisa membangun hubungan yang sehat dengan laki-laki.

Dari pemaparan kakaknya, sebenarnya apa yang dia lakukan sebagai tanggung jawab dirinya sebagai kakak untuk menjaga adik perempuannya. Namun cara yang  ia lakukan jauh dari tepat, dan malah berdampak buruk bagi perkembangan diri adiknya. A Menjadi si pemberontak yang tidak bertanggung jawab.

Pada akhirnya, A yang telah melahirkan bayinya seorang diri dan membuang bayinya ke sungai mulai menyadari semua kekeliruannya. Dengan arahan dari seorang  pendamping, A ingin berubah menjadi lebih baik. A selalu bertanya dan mendiskusikan apapun yang dia alami. A memang butuh bimbingan dari orang dewasa yang peduli akan dirinya.

* * *

Ada lagi B, yang juga membuang bayinya karena merasakan kebingungan. Dirinya melahirkan di rumahnya sendiri sementara orangtuanya tidak ada yang tahu. B melakukan hubungan seksual dengan pacarnya karena tergoda oleh rayuan pacarnya. Pacarnya berjanji akan menikahkannya. Sementara itu B berasal dari keluarga dengan orang tua yang bercerai. Ayahnya sudah menikah lagi dan B tinggal dengan ibunya yang menjanda. 

B tidak punya figur ayah yang membimbing. Ibunya pun seorang janda yang sibuk mencari nafkah untuk kehidupan keluarga sehingga seringkali abai terhadap perkembangan anak remajanya. Bahkan ibu B juga tidak tahu kalau anaknya hamil hingga melahirkan sendiri di rumah pada saat tengah malam. Kemudian B membuang bayinya sendiri ke sungai.

* * *

Dari kasus A dan B, kedua-duanya melakukan penyangkalan bahwa mereka hamil yang bisa dikarenakan pemahaman tentang pendidkan seksual yang mereka miliki sangat minim. Sehingga mereka bisa dengan sangat mudah menggampangkan  kelainan yang mereka rasakan dalam tubuh mereka. Mereka merasakan bahwa dalam perut mereka mulai ada benda bergerak namun mereka selalu menyangkal dan mengatakan bahwa mereka tidak hamil. 

Mereka juga tetap beraktivitas normal selama masa kehamilannya. Tidak ada yang menaruh curiga, hanya untuk kasus B kondisi fisiknya sempat dipertanyakan oleh tantenya, namun ia menolak kalau dibilang hamil. Hal ini membuat mereka sendiri tidak pernah memprediksi kapan mereka melahirkan. Akibatnya adalah mereka sangat panik ketika ternyata mereka harus melahirkan.

Ada rasa cemas, takut, malu, semua perasaan itu bercampur baur dalam diri mereka. Mereka berpikir sangat pendek dengan kejadian yang menimpa mereka. Mereka hanya berpikir bagaimana bisa melenyapkan bayi itu dari pandangan mereka (betapa masih immature-nya cara berpikir mereka: dengan hilangnya bayi dari pandangan mata mereka maka persoalan pun selesai). Mereka akhirnya merasakan dampak dari semua perbuatan mereka. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

* * *

Ada kisah lain yang sempat diberitakan di beberapa media. Kejadiannya didekat Jakarta, seorang ABG, sebut saja X yang jadi korban pemerkosaan hampir 15 orang remaja dan kejadiannya pun terjadi masih satu kampung dekat dengan rumah X. Di antara pelaku pun salah satunya adalah pacar X. Peristiwa itu diketahui keluarga karena X diantar pulang oleh temannya yang kemudian pingsan. Dari situ kemudian terungkap apa yang terjadi pada anak tersebut.

Dari penelusuran permasalahan yang dialami oleh X, terungkaplah sejumlah fakta yang seharusnya bisa menjadi perhatian kita semua selaku orangtua. X ternyata tidak tinggal sama orangtuanya. X sejak kecil diasuh oleh kakek dan neneknya yang sudah renta. Kedua orangtua X sudah bercerai, ibunya sudah menikah lagi dan menetap jauh di daerah Jawa Tengah. Ayahnya juga sudah menikah lagi dan tinggal di pinggiran Jakarta. Kadang-kadang disaat akhir pekan X dijemput oleh ayahnya untuk tinggal bersama ayahnya. Sudah jelas bahwa X merupakan korban dari keluarga broken home.

Kakek dan nenek bukanlah penanggung jawab utama terhadap pendidikan X, apalagi masih ada kedua orangtuanya. Orangtualah yang bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan dan perkembangan anaknya. Terlebih dengan kakek dan nenek yang sudah renta, otomatis mereka pun tidak akan mampu mendidik cucunya secara maksimal. Inilah yang menyebabkan adanya kekosongan pendidikan maupun figur dalam diri X. 
Ketiadaan figur yang mendidik sepenuhnya, yang mengerti kondisi seorang remaja membuat X menjadi pribadi yang rentan. Ia akan mudah sekali dipengaruhi oleh pihak luar. 
Apalagi ketika memasuki masa remaja. Seorang remaja akan cenderung lebih suka berinteraksi dengan teman dibandingkan dengan orangtua mereka. Termasuk juga, mulai muncul dorongan ketertarikan terhadap lawan jenis.

Terungkap bahwa kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali dialami oleh X. Sungguh fenomena yang sangat mengejutkan dan pastinya akan menusuk hati para orangtua. X yang baru saja duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama sudah mengenal kehidupan seks bebas jauh sebelum ia di SMP. X sudah melakukan seks bebas ketika  ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sungguh bukan peristiwa main-main lagi! Kejadian-kejadian seperti ini ternyata ada dan juga dekat dengan kehidupan kita. 
Orangtua seharusnya mau untuk berusaha lebih mengerti remaja mereka, agar remaja-remaja ini terhindar dari berbagai keburukan dan pergaulan bebas tadi.
Mari kita lihat remaja dengan melihat melalui kacamata mereka. Bagaimana konflik yang ada dalam diri mereka, tidak perlulah kita menghujat mereka.
Langkah terpenting yang harus diambil adalah berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan remaja-remaja kita dari perilaku seks bebas, dari hubungan lawan jenis yang salah, yang melanggar norma, etika, maupun agama. Kita harus bisa membantu  remaja agar menjadi pribadi yang bertanggungjawab atas diri mereka dan juga orang lain.
Mereka tidak pernah menolak untuk dibimbing. Bahkan mereka mampu menjadi lebih baik ketika bantuan pendampingan diberikan pada mereka

Yup! Sekali lagi.. Wahai ayah.. ibu.. para orang tua.. Remaja sangat membutuhkan pendampingan dari orang dewasa. Mereka butuh bimbingan dan arahan agar mereka bisa melewati masa remajanya dengan sukses, ayo kita bantu dan bimbing mereka...!


Salam Hangat,
Ena Nurjanah
Relawan Pendamping Anak


Photo Credits:
thinkstockphotos.com.au,
Fotosearch Stock PhotographyRF,
queenieslittlekingdom.com,
tulsaworld.com,
knowabouthealth.com.


You Might Also Like

0 komentar: