dewasa-anak,
Tulisan dari Neil Postman : Dissapearance of childhood
5. Awal dari sebuah Akhir
Bagian kedua dari " Selamatkan Anak-anak !"
Tulisan dari Neil Postman : Dissapearance of childhood
II. Hilangnya masa kanak-kanak
Periode antara 1850 – 1950 merupakan masa puncak
dari munculnya perhatian terhadap kanak-kanak. Di Amerika mulai muncul upaya
agar anak-anak masuk sekolah dan keluar dari pabrik-pabrik. Undang-Undang pun
dibuat khusus untuk anak-anak yang dibedakan dari orang dewasa.
Pada periode ini muncullah stereotip
kehidupan modern dimana para orang tua mulai menyadari sepenuhnya akan
masa kanak-kanak. Masa ini juga menjadi suatu kondisi yang tak terhindarkan
bahwa masa kanak-kanak diartikan menjadi sebuah kategori biologis. Hal ini
menjadi ironi karena lingkungan simbolis yang mendorong munculnya ide masa
kanak-kanak malah justru mulai memudar.
Menurut Postman gagasan tentang masa kanak-kanak
tidak berkembang lagi sejak adanya penemuan telegraf elektronik oleh
Morse.Disamping itu juga banyak tulisan dari beberapa ahli yang mencermati
kondisi ini dan punya penilaian tersendiri sejak munculnya telegraf dari
Morse.
Menurut Thoreau dengan melihat aspek psikologis
dan sosial, penemuan telegraf telah merubah karakter informasi dari
semual bersifat personal dan regional menjadi impersonal dan global. Telegraf
telah menghilangkan dimensi ruang dan waktu dalam komunikasi. Termasuk
juga menghilangkan aspek komunikasi berupa gaya personal dan kepribadian
manusia. Telegraf juga menciptakan dunia anonim, mendekontekstualisasi
informasi, dimana perbedaan jarak menjadi tidak relevan. Menjadikan masa kini
yang serba instan dan simultan.
Pengaruh terbesar dari era telegraf adalah
dimulainya era informasi menjadi tidak terkontrol. Sebelum ada telegraf
berita cenderung selektif sesuai dengan kehidupan. Setelah ada telegraf, berita
menjadi tak selektif dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam
kehidupan.
Semua kondisi itu punya pengaruh sangat
signifikan terhadap ide mengenai masa kanak-kanak
.
Jika beranjak melihat perjalanan terbentuknya
masa kanak-kanak, maka dapat kita ingat bahwa Masa kanak-kanak merupakan
perpanjangan dari suatu lingkungan dimana sebentuk informasi dikontrol secara
eksklusif oleh orang-orang dewasa, anak-anak secara bertahap untuk mengetahui
semua informasi itu. Pemeliharaan masa kanak-kanak tergantung pada prinsip-prinsip
dari informasi yang tertata dan pembelajaran berurut. Dengan adanya
telegraf terjadilah pergulatan kontrol akan informasi di rumah dan di sekolah.
Telegraf pada akhirnya mengubah jenis informasi yang bisa diakses anak-anak,
kualitas dan jumlahnya, urut-urutannya, dan situasi-situasi informasi.
Sebenarnya, kalau saja penemuan berakhir hanya di
telegraf elektronik, kemungkinan besar struktur sosial danintelektual dari
dunia melek huruf akan tetap utuh, dan yang pasti ‘masa kanak-kanak’ tidak
terlalu banyak berubah. Namun setelah penemuan telegraf diikuti oleh
penemuan-penemuan lain yang luar biasa seperti mesin cetak putar, kamera,
telepon, fotografi, film, radio, televisi.
Dengan berkembangnya komunikasi elektronik era
revolusi grafik pun dimulai. Dunia simbolis baru, gambar-gambar, kartun-kartun,
poster-poster, iklan-iklan.
Secara umum, revolusi elektronik dan grafik
seperti serangan tak terkoordinir tapi kuat terhadap bahasa dan literasi,
merubah penampilan dunia ide-ide ke dalam ikon-ikon dan citra-citra dengan
kecepatan cahaya. Menurut para tokoh seperti Arnheim, Heilbroner, dan Barthes
revolusi grafis telah menyumbang perubahan radikal pada status ‘masa
kanak-kanak’. Hal ini karena keberadaan dunia simbolis tidak mendukung
keberadaan hierarki sosial dan intelektual, wadah dimana ide masa
kanak-kanak muncul.
Jika dirunut kembali bahwa antara periode
1850-1950 Amerika melakukan usaha yang luar biasa menjadikan warganya
melek huruf. Namun, pada masa yang sama kemajuan elektronik memperlemah usaha
dan tindakan melek huurf. Menurut Postman, sampai tahun 1950 kompetisi antara
dua dunia simbolis akhirnya menjadi jelas dan ironi mewujud. Televisi
terpancang hampir di semua rumah di Amerika. Artefak sosial berupa ide mengenai
masa kanak-kanak pun menjadi usang. Karena, pada televisilah, kita bisa melihat
paling jelas bagaimana dan mengapa basis historis bagi sebuah garis pemisah
antara masa kanak-kanak dan masa dewasa telah terkikis.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh Postman
berkaitan dengan kehadiran televisi yang menghilangkan ‘masa kanak-kanak,
yaitu:
1.
Ide mengenai aksesibilitas informasi. Ketika masih era literasi, membaca
menjadi pintu yang membedakan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Untuk
menjadi dewasa seorang anak harus belajar membaca dahulu. Sehingga banyak
informasi yang belum pantas untuk dibaca oleh anak-anak bisa
dirahasiakan, hingga saatnya tepat untuk diberitahukan kepada mereka. Dengan
era televisi maka siapapun bisa mengakses informasi dengan mudah, termasuk anak
kecil.
2.
Basis hirarki informasi runtuh. Meskipun bahasa terdengar dari televisi,
dan kadang-kadang mengandaikan pentingnya bahasa, namun gambarlah yang
mendominasi kesadaran pemirsa dan membawa makna-makna yang penting. Singkatnya,
orang menonton televisi, dan bukan membaca televisi. Menonton televisi berlaku
bagi semua orang, baik dewasa dan anak-anak, intelektual dan pekerja,
yang bodoh dan yang bijaksana.
3.
Televisi menawarkan sebuah alternatif yang relatif primitif tapi sangat menggoda
pada logika linier dan berurut dari kata-kata yang tercetak dan cenderung
membuat pendidikan melek huruf yang ketat menjadi tidak relevan. Tidak ada
ejaan ABC untuk gambar-gambar. Dalam mempelajari dan menafsirkan gambar
kita tidak perlu pelajaran mengenai tata bahasa atau pengucapan atau logika dan
kosa kata. Menonton televisi tidak hanya ‘tidak memerlukan ketrampilan’ tetapi
juga mengembangkan kondisi ‘tanpa ketrampilan’. Tidak ada anak-anak atau
orang dewasa yang menjadi lebih baik dalam menonton televisi dengan lebih
banyak nonton. Ketrampilan-ketrampilan menonton televisi begitu mendasar
sehingga kita belum pernah mendengar ada sejenis keterbelakangan menonton
televisi.
Menurut
Daniel Anderson, anak-anak mulai menonton televisi dengan perhatian yang
sistematis pada umur tigapuluh enam bulan. Pada usia itu anak sudah bisa
mengikuti acara dengan astik, seperti ikut menyanyi, menari. Dan Anak bisa
mengikuti acara –acara televisi, iklan, dan produk-produk yang tidak ditujukan
untuk anak berumur tiga tahun. Hal ini karena televisi menayangkan
simbol-simbol yang siapapun dengan mudah menangkapnya. Itulah sebabnya, dalam
kenyataannya, tidak ada apa yang disebut program TV anak-anak. Semua tayangan
untuk semua orang.
4.
Televisi menayangkan informasi dalam bentuk yang tidak membeda-bedakan
dalam aksesibilitasnya, dan ini artinya televisi tidak perlu membedakan
kategori “anak-anak’ dan “dewasa”. Hal ini karena televisi tidak hanya karena
bentuk simbolisnya tidak menawarkan misteri-misteri kognitif tetapi juga karena
televisi tidak bisa disimpan dilaci, sehingga siapapun dengan mudah
mengaksesnya.
.
6. Media yang Membongkar Segalanya.
Media yang paling dibicarakan disini adalah media
televisi, meskipun media elektronik yang lain juga
Berikut ini analisa tentang televisi yang
membongkar masa kanak-kanak.
1.
Televisi beroperasi secara virtual sepanjang waktu, sehingga bentuk
fisik dan simbolis membuat tidak penting dan menjadi tidak mungkin pula puntuk
memilah pemirsa. Televisi juga membutuhkan pasokan informasi baru dan menarik
yang terus menerus demi mempertahankan pemirsa.Otomatis juga televisi
memanfaatkan semua tabu yang ada dalam budaya, dengan berbagai kemasan acara
televisi.
2.
TV menciptakan kebutuhan yang tak pernah terpuaskan dari pada para
penontonnya akan kebaruan dan pengakuan publik
3.
Televisi merupakan sebuah teknologi terbuka yang tidak ada hambatan
fisik, ekonomi, kognitif, atau imajinatif (pada era literasi, buku adalah
sesuatu yang mahal, tidak mudah dicerna dan hanya dikuasai oleh orang-orang
dewasa) . Contohnya anak berusai enam tahun dan pria berusia enam puluh tahun
sama pantasnya untuk mengalami apa yang ditawarkan oleh televisi. Televisi
menjadi medium komunikasi egaliterian yang paripurna, melampaui bahasa oral itu
sendiri.Karena dalam pengucapan, kita bisa terus berbisik sehingga anak-anak
tidak akan mendengar. Atau kita menggunakan kata-kata yang tidak bisa dipahami
mereka. Tetapi, televisi tidak bisa memelankan suara, dan gambar-gambarnya
tidak hanya kongkrit, tapi juga jelas dengan sendirinya. Anak-anak melihat apa
pun yang ditayangkan televisi.. Hal ini berarti menghapuskan eksklusifitas
pengetahuan duniawi, sehingga menghilangkan salah satu perbedaan prinsipal
antara masa anak-anak dan masa dewasa.
4.
Pada era televisi ide mengenai rasa malu semakin dilemahkan. Mengenai
hal ini G.K. Chesterton meringkas pandangan Freud dan Elias yaitu bahwa
peradaban tidak bisa muncul tanpa adanya kontrol terhadap impuls-impuls,
khususnya impuls pada agresi dan pemuasan segera (barbarisme). Rasa malu
merupakan mekanisme untuk menghambat barbarisme.
Pada abad pertengahan tidak ada kategori
anak-anak karena tidak ada alat bagi orang dewasa untuk mengetahui informasi
yang eksklusif. Di era Gutenberg (mesin cetak) alat seperti ini dikembangkan,yaitu
dengan melihat pembedaa pada kemampuan membaca yang hanya ada pada orang dewasa.
Di era televisi, alat pembeda ini kembali menghilang.
Pada saat ini kita seperti kembali ke sebuah
situasi di abad keempatbelas dimana tidak ada kata-kata yang dianggap kurang
pas bagi telinga seorang anak muda.
Pada era televisi ini, semua rahasia orang dewasa
telah tersedia untuk anak-anak. Semua hal tentang orang dewasa dengan mudah
ditayangkan di televisi dengan dibalut berbagai judul acara seperti opera
sabun, iklan dengan obyek yang erotis, infotainment yang menguliti
masalah orang dewasa hingga ke masalah hubungan intim, termasuk juga berita
yang menayangkan kekerasan. Bisa diibaratkan, melalui jangkauan televisi
yang menakutkan, jorok atau membingungkan telah membongkar semua rahasia orang
dewasa yang artinya adalah kehilangan batas antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak
sekarangtahu lebih banyak dibandingkan kelompok pemuda masa lalu manapun.
Metafora yang biasanya dipakai adalah bahwa televisi merupakan
jendela dunia. Pengamatan ini benar sepenuhnya, tapi mengapa televisi sebagai
tanda kemajuan tetap merupakan sebuah misteri.
Apa arti dari pernyataan anak-anak kita jauh
lebih tahu dibanding dulu? Bahwa mereka tahu apa yang diketahui oleh
orang-orang dewasa?
Ini artinya bahwa mereka telah menjadi orang
dewasa, atau setidak-tidaknya, seperti orang dewasa. Artinya, ketika mereka
memilki akses pada informasi orang dewasa, mereka sesungguhnya terusir dari
taman masa kanak-kanak.
7. Dewasa – Anak.
Sebuah penjelasan menarik melalui contoh sebuah
iklan televisi bisa menjelaskan hal ini.
Ada sebuah iklan TV yang sering tayang di opera
utama.Iklan ini mempertontonkan dua perempuan yang diidentifikasikan sebagai
ibu dan anak. Para penonton kemudian ditantang untuk menebak yang mana
ibu, mana yang anak, keduanya tampak berusia akhir dua puluh tahunan dan bisa
saling dipertukarkan.
Postman menganggap bahwa iklan ini sebagai bukti
yang luar biasa eksplisit yang mendukung pandangan bahwa perbedaan antara orang
dewasa dan anak-anak makin hilang. Meski banyak iklan lain mengandaikan hal
seperti ini, iklan ini langsung mengungkapkan inti bahwa dalam kebudayaan kita
sekarang dianggap suatu pengharapan bahwa seorang ibu harus tampak tak berbeda
dengan anak perempuannya. Atau bahkan seorang anak perempuan harus tampak tidak
lebih muda dibanding ibunya. Apakah ini berarti bahwa masa kanka-kanak
menghilang atau masa dewasa-lah yang menghilang hanyalah sebuah persoalan
bagaimana orang ingin menyatakn permasalahan ini.
Tanpa suatu konsepyang jelas mengenai apa artinya
menjadi seorang dewasa, tidak akan bisa ada suatu konsep yang jelas mengenai
apa artinya menjadi anak.
Jadi,kesimpulannya adalah bahwa informasi
elektronik tidak hanya ‘menghilangkan’ masa kanak-kanak - bisa juga diungkapkan
dengan mengatakan bahwa informasi elektronik juga ‘menghilangkan’ masa dewasa.
Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya dari
tulisan ini bahwa gagasan modern ‘masa dewasa’ sebagian besar merupakan sebuah
produk dari penerbitan cetak. Hampir semua karakteristik yang diasosiasikan
dengan masa dewasa adalah hal-hal yang sekarang (dan dulunya) dimunculkan atau
dipersyaratkan kebudyaan yang melek huruf, kapasitas untuk menahan diri,
toleransi terhadap penundaan pemuasan, kemampuan untuk berpikir secara
konseptual dan runut, penghargaan yang tinggi pada akal dan tatanan
hirarkis.
Sejalan dengan media elektronik yang menggeser
literasi, kemudian muncullah perilaku-perilaku dan ciri-ciri sifat yang berbeda
dari ciri-ciri dewasa yang sudah disebutkan di atas. Perilaku dan sifat
tersebut kemudian dihargai dan pada akhirnya memunculkan definisi masa
dewasa yang tidak jelas/kabur. Seiring ketidak jelasan definisi masa
dewasa, masa anak-anak pun semakin tidak jelas. Hal ini memunculkan konfigurasi
tahapan-tahapan kehidupan yang baru. Di ujung yang satu: balita; diujung yang
lain tua renta. Di antara keduanya adalah apa yang mungkin disebut sebagai
dewasa – anak.
Dewasa-anak bisa didefinisikan sebagai dewasa
yang kapasitas intelektual dan emosionalnya belum terbentuk, dan, terutama,
tidak banyak berbeda dengan mereka yang masih diasosiasikan sebagai anak-anak.
Pada abad pertengahan, dewasa-anak merupakan
suatu kondisi normal, dalam takaran besar karena kebutahurufan, sekolah,
sekolah menulis tidak ada disiplin atau pembelajaran khusus yang dibutuhkan
unutk menjadi dewasa. Karea alasan yang agak mirip, dewasa-anak makin menjadi
normal dalam budaya kita sekarang.
8. Anak yang Hilang.
Pada bab ini, Postman ingin menunjukkan
bukti-bukti akan menghilangnya masa kanak-kanak. Bukti menghilangnya masa
kanak-kanak berasal dari berbagai sumber dengan berbagai bentuk. Perlu untuk
diketahui bahwa dalam ilmu sosial pembuktian ataupun penolakan suatu ide sangat
dipengaruhi oleh ambiguitas dan kerumitan sehingga sulit mengetahui apakah
bukti membuat sebuah dugaan menjadi benar atau membuktikan separuhnya atau sama
sekali tidak relevan.
Diantara bukti yang bisa disebutkan yaitu antara
lain yang ditunjukkan oleh media itu sendiri, dimana mereka bukan hanya
menghapuskan bentuk dan konteks masa kanak-kanak tetapi juga dengan
menghapuskan isinya. Buktinya bisa dilihat dengan bercampurnya citra dan rasa
anak-anak dengan orang dewasa.
Fakta bahwa anak-anak secara virtual menghilang
dimedia khususnya televisi. Maksudnya di sini tidak berarti anak-anak tidak
muncul di televisi. Tetapi bahwa kemunculan mereka adalah sebagai orang dewasa
kecil dengan perilaku seperti abad ke-13 dan ke-14. Anak-anak muncul di
televisi tidak berbeda dengan orang dewasa dalamhal minat, bahasa, dan cara
berpakaiannya.
Menurut Postman, hal ini menunjukkan bahwa karya
seni modern jarang menempatkan anak-anak dalam perilaku mereka yang
sebenarnya.
Menghilangnya model masa kanak-kanak yang
tradisional dari televisi juga bisa dilihat dari iklan. Banyak anak-anak gadis
kecil berumur sebelas hingga dua belasan tampil dengan gaya erotis.
Pendewasaan yang dilakukan terhadap
anak-anak dalam dunia pertelevisian juga terjadi dalam dunia perfilman.
Disamping berbagai hal tentang pengaruh televisi
yang menghilangkan masa kanak-kanak, telvisi juga mencoba menggambarkan
nilai-nilai dan gaya hidup yang menunjukkan kesuksesan. Pada situasi sekarang
menunjukkan bahwa nilai dan gaya hidup anak-anak dan orang dewasa menunjukkan
tanda-tanda akan disatukan.
Diantaranya adalah industri pakaian. Ide mengenai
pakaian anak-anak sekarang sudah menghilang. Anak-anak sekarang berpakaian
dengan gaya pakaian orang dewasa.
Satu hal yang patut menjadi perhatian semua pihak
adalah perubahan yang luar biasa dalam kebrutalan dan frekuensi kejahatan
anak, juga tanggapan lembaga legislatif terhadap hal tersebut. Tidak diragukan
lagi bahwa kebrutalan tersebut disebabkan oleh berbagai sebab yang tidak rasional.
Bisa jadi disebabkan karena konsep masa kanak-kanak menghilang.
Anak-anak hidup dalam masyarakat yang konteks
sosial dan psikologisnya tidak mempedulikan perbedaan antara orang dewasa dan
anak-anak. Ketika dunia orang dewasa terbuka luas bagi anak-anak, maka tidak
terelakan lagi adanya aktivitas kejahatan seperti yang dilakukan orang dewasa.
Anak-anak juga bisa menjadi korban. Serangan
anak-anak terhadap tatanan sosial pada hakekatnya adalah serangan orang dewasa
terhadap anak-anak.
Persepsi bahwa anak-anak adalah orang dewasa
kecil didorong kemunculan nya oleh trend- trend lain selain kriminal. Misalnya
peningkatan aktivitas seksual anak-anak. Peranan media dalam hal ini cukup
kuat. Khususnya televisi, yang bukan hanya membuat seluruh masyarakat berada
dalam kondisi kesenangan seksual yang tinggi tetapi juga menekankan persamaan
dalam pemenuhan kebutuhan seksual;
Seks berubah dari sebuah misteri gelap menjadi
produk yang bisa dilihat oleh semua orang (contohnya: produk pembersih mulut
atau deodorant).
Konsekuensi dari masalah ini adalah peningkatan
kehamilan di kalangan remaja dan juga peningkatan penyakit kelamin pada
anak-anak secara terus menerus.
Melihat begitu banyak permasalahan yang dialami
oleh anak-anak mulai banyak pihak dengan berbagai pendekatan dengan tujuan
ingin mencoba mengembalikan masa kanak-kanak. Namun, hingga saat
ini pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh para ahli masih tetap
mengundang kontroversi.Ide yang muncul antara satu ilmuwan dengan yang lain
seringkali tidak sejalan bahkan saling bertabrakan.
9. Enam Pertanyaan.
Pada penggalan terakhir dari buku ini berisi enam
pertanyaan penting yang dikemukakan oleh Postman, yaitu:
1.Apakah
Masa Kanak-kanak itu Diciptakan atau Ditemukan?
Dari fakta sejarah
mengatakan bahwa masa kanak-kanak merupakan bagian dari struktur sosial. Masa
kanak-kanak tidak pernah ada pada abad pertengahan. Kemunculannya baru dimulai
pada abad ke-enambelas, dan sekarang, ide tentang masa kanak-kanak mulai
menghilang.
Sedangkan menurut
Piaget, bahwa pergerakan tingkat perkembangan anak bisa diamati dan
dikendalikan oleh kebutuhan-kebutuhan biologis. Piaget terutama berbicara
tentang tingkat perkembangan intelektualitas anak yang berkembang dari satu
level ke level lain karena prinsip genetik.
Untuk menjawab hal ini,
Postman membuat sebuah formula yang mengibaratkan bahwa ide mengenai masa
kanak-kanak ibarat belajar bahasa. Basisnya adalah alam tetapi perwujudannya
tidak mungkin tanpa pemicu dan
pemeliharaan dari lingkungan sosial.
2. Apakah
Menghilangnya Masa Kanak-kanak Menunjukkan Penurunan Kebudayaan Amerika Secara
umum?
Amerika adalah negara
pertama yang pada saat ini seluruh kebudayaannya berada di bawah pengaruh
teknologi abad ke-20. Hanya sebagian kecil dari negara bagian Amerika yang
tidak terakomodasi oleh teknologi.
Amerika ibarat berada
di tengah eksperimen besar bernama ‘kemajuan teknologi’
Meskipun demikian
banyak kritik dari para ilmuwan yang
berusaha membantu orang Amerika menjembatani dan memiliki perspektif, sekaligus
juga memberi jalan bagaimana seharusnya teknologi membantu mewujudkan keinginan
mereka, dan bukan mereka yang dikendalikan oleh teknologi.
Jadi, Di tengah
penurunan kebudayaan yang berdampak mulai menghilangnya masa kanak-kanak,
Peradaban barat masih berusaha mengatasinya dengan mengkombinasikan antara
sejumlah nilai-nilai kemanusiaan yang masih dimiliki dengan kemunculan
peradaban baru berupa ‘kemajuan teknologi’,. Termasuk pemeliharaan masa
kanak-kanak.
3. Bidang
apa yang telah disumbangkan oleh mayoritas moral dan kelompok fundamental lain
dalam mempertahankan masa kanak-kanak?
Menurut Postman, Usaha
yang dilakukan oleh kelompok mayoritas moral dan kelomppok fundamental dalam
usaha mempertahankan masa kanak-kanak adalah mereka melakukan boikot terhadap
sponsor acara televisi tertentu untuk memperbaiki kerahasiaan dan keagungan
seksualitas, mendirikan sekolah yang menggunakan standar tinggi. Walaupun usaha
ini cenderung tidak efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan karena
lingkupnya terlalu kecil dan tidak difokuskan untuk merstrukturisasi secara lengkap lingkungan informasi.
Namun, usaha ini tetap perlu diapresiasi, karena paling tidak bisa menghambat
lenyapnya masa kanak-kanak.
4. Apakah
Ada Teknologi Komunikasi yang Memilki Potensi untuk Mempertahankan Masa Kanak-kanak?
Satu-satunya teknologi
yang memilki kemampuan ini adalah komputer. Sedangkan radio sudah kalah
tertinggal. Radio tidak lagi mampu menjadi bagian dari pembelajaran. Radio
sudah lama kalah bersaing dengan televisi. Saat ini, Radio lebih sering dipakai
sebagai alat promosi industri musik.
komputer bisa dijadikan
sarana mempertahankan masa kanak-kanak, namun dengan satu cara bahwa komputer
yang akan digunakan untuk anak-anak harus diprogram lebih dahulu agar bisa tetap
dikendalikan apa yang boleh untuk anak-anak.
Pada kenyataannya
komputerpun tidak begitu saja bisa dijadikan alat kendali, komputer saat ini
masih menjadi sesuatu yang misterius dan
berada di bawah kendali elit birokrat.
5. Apakah ada Lembaga
Sosial yang cukup Kuat dan Bisa Dibebani Tanggung Jawab Atas Menghilangnya Masa
Kanak-Kanak?
Ada dua lembaga yang
memiliki kepentingan pada masalah ini, Yaitu : Keluarga dan Sekolah.
Keluarga: Struktur dan
kekuatan keluarga melemah dengan cepat setelah orang tua kehilangan kendali atas lingkungan informasi
anak-anak. Margaret Mead pernah mengatakan kalau televisi adalah orang tua
kedua, karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan televisi
daripada dengan orangtua mereka.
Semakin besarnya
kekuasan media, banyak orang tua yang kehilangan kepercayaan diri untuk mendidik
anak-anak mereka. Konseksuensinya para orang tua tidak bisa menolak pengaruh
media. Pada saat itu masuklah ahli psikologi, pekerja sosial, guru dan
perwakilan-perwakilan lembaga lain ke wilayah orang tua. Hal ini berarti melenyapkan
keakraban, kebutuhan dan kesetiaan yang secara tradisional telah membentuk
hubungan orangtua dan anak.
Postman juga mengkritik
era pembebasan perempuan yang merupakan efek dari revolusi teknologi. Yang jadi
sorotan Postman adalah bahwa hal tersebut akan mengurangi pengasuhan anak pola
tradisional. Karena menurutnya perempuan punya peran sebagai pengasuh, hanya
merekalah satu-satunya penjaga masa kanak-kanak yang membentuk dan
melindunginya.
Ketika perempuan
memasuki dunia industri maka mereka sering merasa bahwa anak menjadi beban bagi
mereka, hingga seringkali beranggapan bahwa paling baik masa kanak-kanak
berlangsung secepat mungkin.
Sekolah: Adalah
satu-satunya lembaga publik yang masih memilki asumsi adanya perbedaan yang
mencolok antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dan bahwa orang dewasa
memiliki nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak-anak.
Karena hal inilah para
pendukung masa kanak-kanak masih menulis buku yang memberi saran pada para
pendidik bagaimana mereka seharusnya bertingkah laku, dan secara khusus
bagaimana supaya mereka bisa mempertahankan masa kanak-kanak.
6. Apakah
Manusia secara Individu tidak memiliki Kekuatan untuk Mencegah Apa yang
terjadi?
Kalau secara individu tidak akan mungkin membendung arus kebudayaan
yang melanda seluruh negeri. Namun yang masih bisa dan juga masih ada yang melakukannya
hingga saat ini adalah individu-individu yang tetap berusaha mempertahankan masa kanak-kanak.
Yang mereka lakukan antara lain seperti: menjaga institusi pernikahan, menjaga rasa
kekeluargaan dan nilai kehormatan dan tanggung jawab terhadap orang yang lebih tua.
Anak-anak diajarkan disiplin untuk menunda pemenuhan kebutuhan, atau berhati-hati
dalam masalah seksualitas dan juga diajarkan berperilaku yang baik.
Dalam era revolusi teknologi
sekarang, kondisi yang paling berat dirasakan oleh semua orang Amerika adalah
bagaimana agar bisa mengendalikan akses media bagi anak-anak mereka.
Postman menyebutkan ada
dua cara yaitu: 1) membatasi “pertemuan” anak dengan media; 2) Memonitor dengan
hati-hati media apa saja yang diakses anak, dan secara terus menerus memberikan
kritik atas tema dan nilai mengenai isi media.
***
Demikian ringkasan tulisan dari Neil Postman,
Semoga kita para orang tua, guru, dan semua orang dewasa bisa menarik pelajaran dari tulisannya yang berharga ini.
0 komentar: